ANAK KELAS DIALYPETALAE

MAKALAH
ANAK KELAS DIALYPETALAE
Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah botani tumbuhan tinggi
Dosen Pengampu: Dr.Achyani,M.Si., Triana asih,M.Pd.






Disusun oleh:
Kelompok 2
Anifatul rahmadhani (17320027)
Dian indriyani (17320008)
Febri Hartono (17320009)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
April 2019






KATA PENGANTAR 

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga skami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Anak Kelas Dialypetalea” dengan baik tanpa ada halangan yang suatu apapun.
Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk kita semua 

Metro, April 2019


Penulis



Daftar isi

Cover
Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BABI PENDAHULUAN 1
Latar belakang 1
Tujuan pembuatan makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
Anak kelas Dialypetale 3
Bangsa ranales 3
Bangsa aristolochiales 19
BAB III PENUTUP 25
Kesimpulan 25
Daftar pustaka
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tumbuhan berbiji belah (atau tumbuhan berkeping biji dua atau dikotil) adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas yang sama yaitu memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon). Daun lembaga ini terbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua. Secara klasik, tumbuhan berbunga dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu tumbuhan berkeping biji dua dan tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil).
Dicotyledoneae dapat dibedakandalam 3 anak kelas, yaitu:
1.      Monochlamyceae (Apetalae)
2.      Dialypetalae
3.      Sympetalae
Yang membedakan terletak dalam ada dan tidaknya daun-daun mahkota (petaleae) dan bagaimana susunan daun-daun mahkota tersebut.
Dalam makalah ini akan di bahas secara khusus tumbuhan yang termasuk dalam Classis Dialypetalae.
Familia Annonacea
Annonaceae,merupakan suku sirkaya-sirkayaan adalah suku dari tanaman berbunga yang terdiri dari pohon-pohon,semak,atau jarang lianas.Dengan kira-kira2300-2500 spesies dan lebih dari 130 genera,Annonaceae adalah famili terbesar dari ordo magnoliales.Suku ini terkonsentarsi di daerah tropis,sekitar 900 spesies Neotropical, 450 adalah Afrotropicak,dan spesies laian indomalayan.Kebanyakan habitusnya berupa pohon atau semak,beberapa liana dengan kulit batang daun,dan bunga aromatik,hidup di daerah tropis.
Famili Annonaceae banyak di manfaatkan buahnya untuk di makan dan berfungsi sebagai obat yaitu pencegah radang ginjal, dapat mengurangi resiko penyakit jantung. mengatasi Sembelit,  mengobati ambien, mengobati penyakit liver, untuk mengobati batuk,demam,diare,disentri,cacingan,kutu kepala.dan sebagai obat luar untuk borok,luka,bisul ,cacingan,ganguan pencernaan.

Familia Rafflesiaceae
Merupakan dari ordo Aristolochiales yaitu rafflesia anoldi di mana tumbuhan ini sangat unik merupakan tumbuhan yang kelangsunagn hidupnya menguntungkan sumber energi dar inangnya.Bunga ini kerap menempel pada batang liana yakni tumbuhan merambat.Refflesia tidak mempunyai akar,daun,dan tangkai hanya memiliki mahkota.Bahkan sebagai tanaman parasit .Terlebih,tumbuhan ini tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis.Diameter tumbuhan ini ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter denagn berat 11 kilogram,mempunyai liam mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong.Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri,berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga.Penyebaran bunag ini di sumatera ,bengkulu .

B.  Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui contoh bangsa dari suku dalam anak kelas dialypetale ranales.
2.      Untuk mengetahui contoh bangsa dari suku dalam anak kelas dialypetale aristolochiales.


BAB II
PEMBAHASAN

Anak Kelas DIALYPETALAE
Sub kelas ini meliputi terna, semak, perdu dan pohon-pohon yang sesuai dengan namanya sebagai ciri utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota, sedang daun-daun mahkotanya bebas satu dari yang lain. Pandangan sementara ahli, bahwa kelompok tumbuhan ini harus dipandang sebagai kelompok tumbuhan dikotil yang paling primitif didasarkan atas kenyataan bahwa diantara Dialypetalae ditemukan anggota-anggota yang bagian-bagian bunganya tersusun dalam spiral pada sumbu bunganya dan kadang-kadang tidak jelas batas-batasnya antara kelopak, mahkota, benangsari, dan daun-daun buah karena adanya bentuk-bentuk peralihan di antara bagian-bagian tersebut, ditambah dengan adanya daun-daun buah yang masih bebas satu sama lain (apokarp).
Ciri-ciri umum anak kelas DIALYPETALAE:
Tumbuhan terna berupa semak, perdu atau pohon.
Perhiasan bunga ganda.
Bunga jelas dibedakan antara kelopak dengan mahkota.
Mahkota bebas satu sama lain.

Mengingat besarnya jumlah anggota sub kelas ini, hanya akan diuraikan takson-takson tertentu saja yang anggotanya mempunyai hubungan langsung dalam kehidupan manusia. Sub kelas ini meliputi berbagai ordo, antara lain :

Contoh Bangsa Dan Suku Anak Kelas Dialypetala
Bangsa Polycarpicae (Ranales atau Ranunculales)
Ciri-ciri umumnya :
Umumnya tumbuhan dengan batang berkayu.
Ciri utama : Terdapat daun buah yang bebas dalam bunganya, sehingga dari satu bunga dapat membentuk banyak buah (polycarpiceae ; poly = banyak, carpos = buah).
Bagian-bagian bunga lepas dan tersusun secara spiral.
Sebagian besar warga bangsa ini terjadi atas tumbuhan dengan batang berkayu, kadang-kadang dalam kayunya belum terdapat trakea, sebagian kecil berupa terna. Ciri utama bangsa ini ialah terdapatnya daun buah yang bebas pada bunganya, sehingga dari satu bunga dapat kemudian terbentuk banyak buah. Sifat inilah yang menyebabkan kelompok tumbuhan ini diberi nama Polycarpicae (dari bahasa Yunani Poly = banya, carpos =  buah). Kedudukan primitifnya terlihat dari dimilikinya bunga yang bagian-bagianya selain bebas satu dengan yang lain juga karena duduknya  yang mengikuti spiral dan adanya bentuk-bentuk peralihan antara bagian-bangian utama bunga. Selain dari itu bagian-bangian bunga tersebut (terutama daun-daun buahnya) kadang-kadang masih jelas sifatnya sebagai sporofil dengan bakal-bakal biji (makrosporangium) yang terletak pada tepinya (marginal).
Polycarpicae juga sering dipandang sebagai kelompok dikotil yang dalam perkembangan filogentik selanjutnya akan menghasilkan kelompok tumbuhan monokotil. Pendapat ini didasarkan atas adanya kenyataan ditemukannnya sifat-sifat umum tumbuhan monokotil pada warganya, misalnya adanya daun-daun yang duduk berseling (mengikuti rumus ½) dan bunga yang bagian-bangian berbilang tiga (trimer) seperti dapat kita jumpai pada anggota-anggota suku Annonaceae, dan adanya suku daun-daun bertulang melengkung serta bunga berbilangan 3 seperti terdapat pada anggota-anggota suku Lauraceae.
Dalam bangsa Polycarpicae termasuk sejumlah suku, diantaranya ialah :

Familia Annonacea
Tumbuhan berkayu dengan daun tunggal yang duduknya tersebar atau bereling, tanpa daun penumpu. Bunga banci, jarang berkelamin tunggal, aktinomorf, biasanya berbilangan 3, seringkali mempunyai 2 lingkaran daun-daun mahkota. Benang sari banyak, bakal buah 1 sampai banyak, bebas satu sama lain, masing-masing berisi banyak atau 1 bakal biji saja, letaknya pada kampuh perut atau basal, tiap bakal biji mempunyai 2 integumen. Buah kebanyakan berupa buah buni, kadang-kadang berupa buah ganda. Biji dengan endosperm berbelah dan lembaga yang kecil.
Suku ini mencakup sekitar 800 jenis, terbagi dalam 80 marga, hampir semunya penghuni daerah tropika.


Klasifikasi  Annona muricata
Annona muricata

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dyalipetale 
Ordo : Rananunculales
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata
Ciri-ciri tanaman sirsak:
Batang Pohon sirsak bisa mencapai tinggi 9 meter.
DaunTumbuh menyirip, Berwarna hijau, dengan ukuran diameter kurang lebih 3cm dan panjang 7cm, daun sirsak mempunyai bau yang khas,
Bunga sirsak berwarna kuning berbau harum, 
Buah sirsak bukan buah sejati, yang ukurannya cukup besar hingga 20–30 cm dengan berat mencapai 2,5 kg. Yang dinamakan “buah” sebenarnya adalah kumpulan buah-buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna hitam.
Nama lain: Indonesia sirsak,nangka walanda,(sunda),nangka buris (madura),deureuyun belanda (aceh),jambu landa,(lampung),
Manfaat
kesehatan: sirsak sebagai obat untuk berbagai penyakit,membasmi penyakit kanker, sirsak dapat mengurangi resiko penyakit jantung. mengatasi Sembelit,  mengobati ambien, mengobati penyakit liver Buah sirsak mampu membuat kulit Anda menjadi bersih dan putih, meskipun proses ini cukup lama. Tetapi dalam beberapa tahun ke depan,  akan merasakan khasiatnya.
Manfaat ekonomi: buah dari sirsak dapat dimakan dan juga daat dijual.

Klasifikasi Annona squamosa   
Annona squamosa
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dyalipetale 
Ordo : Rananunculales
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona squamosa             
Ciri-ciri:        
Buah srikaya berbentuk bulat dengan kulit bermata banyak (serupa sirsak). Daging buahnya berwarna putih.
Termasuk semak semi-hijau abadi atau pohon yang meranggas mencapai 8 m tingginya. Daunnya berselang, sederhana, lembing membujur, 7-12 cm panjangnya, dan berlebar 3-4 cm. Bunganya muncul dalam tandan sebanyak 3-4, tiap bunga berlebar 2-3 cm, dengan enam daun bunga/kelopak, kuning-hijau berbintik ungu di dasarnya.
Buahnya biasanya bundar atau mirip kerucut cemara, berdiameter 6-10 cm, dengan kulit berbenjol dan bersisik. Daging buahnya putih, menyerupai dan memiliki rasa seperti podeng.

Nama lain : Indonesia : delima bintang,serba bintang,srikaya,kalimantan (sarikaya),nusan tengara (sirkaya),sulawasi (soe walanda).
Manfaat :
kesehatan: Daun dapat digunakan untuk mengobati batuk,demam,diare,disentri,cacingan,kutu kepala.dan sebagai obat luar untuk borok,luka,bisul dan bijinya dapat digunakan untuk pengobatan cacingan,ganguan pencernaan.
ekonomi: buah yang masak dikomsumsi         (dimakan) langsung. Dan juga dapatt dijual.

Klasifikasi Annona reticulate
Annona reticulate
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dyalipetale 
Ordo : Rananunculales
Familia : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona reticulate
Ciri-ciri:
Batang Berkayu, bulat, bercabang, coklat keputih-putihan
Daun Tunggal, bulat telur sampai lanset, ujung dan pangkal meruncing, tepi rata, panjang 9 – 30 cm, lebar 7 – 20 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, hijau kekuningan, hijau.
Bunga Majemuk, pada cabang, tangkai ± 12 mm, daun kelopak kecil, bulat telur, panjang ± 4½ cm, benang sari banyak, putih, tangkai sari melebar, kepala putik duduk, mahkota lanset, panjang ± 31 mm, lebar ± 6 mm, kuning keputih-putihan.
Buah Majemuk, bulat, diameter 5 – 12 cm, kuning atau merah kekuningan
Biji Bersegi, licin, masih muda coktat setelah tua hitam.
Akar Tunggang, putih kotor.
Nanma lain :Indonesia buah nona (melayu),serba rasa (aceh),manawo (sunda),binuwa (madura),sirikaya doke (makasar),custard apple (inggeris),anon (spanyol),
Manfaat :
Kesehatan: sebagai obat bisul,obat encok,dan sakit kulit,biji dan dan batangnya berkhasiat sebagai obat menceret.
Ekonomi: dapat dimakan secara langsung
(foto)

Klasifikasi  Stelechocarpus: St. borahol (kepel, burahol)
Stelechorcarpus burahol
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dyalipetale 
Ordo : Rananunculales
Familia : Annonaceae
Genus : Stelechorcarpus
Spesies : Stelechorcarpus burahol
Ciri-ciri:
Ciri-ciri Kepel. Pohon Kepel (Stelechocarpus burahol) mempunyai tinggi hingga 25 m dengan diameter batang mencapai 40 cm. Pada kulit batangnya terdapat benjolan-benjolan. Benjolan-benjolan ini merupakan bekas tempat bunga dan buah karena bunga dan buah kepel memang muncul di batang pohon bukannya di pucuk ranting atau dahan.

Daun Kepel tunggal, lonjong meruncing dengan panjang antara 12 – 27 cm dan lebar 5 – 9 cm. Warna daun Kepel hijau gelap. Bunga berkelamin tunggal, harum. Bunga jantan terdapat pada batang bagian atas atau cabang yang tua bergerombol antara 8 sampai 16. Sedangkan bunga betina hanya terdapat pada batang bagian bawah.Buah Kepel tumbuh memenuhi batang pohonnya. Bentuk buah Kepel bulat lonjong dengan bagian pangkal agak meruncing. Warna buah Kepel (Stelechocarpus burahol) coklat agak keabu-abuan, dan ketika sudah tua akan berubah menjadi coklat tua. Daging buah berwarna agak kekuningan sampai kecoklatan membungkus biji yang berukuran cukup besar. Rasa buah Kepel manis.
Nama lain : Indonesia,kepel,simpol cindul (jawa tengah),burahol tularak (sunda).
Manfaat:
obat anti oksidan,mencegah kanker,menurunkan kolestrol,obat radang,anti hipertensi,menjaga daya tahantubuh,mengobati diare.Buahnya dimakan dalam keadaan segar.
 
Klasifikasi Cananga: C. odorata (kenanga, ilang-ilang), 
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dyalipetale 
Ordo : Rananunculales
Familia : Annonaceae (lokasi: 38 b)
Genus : Cananga
Spesies : Cananga odorata
Nama lain : Indonesia kenanga,kenanga wangsa (jawa),ngana-ngana (nias),laligiran (minahasa),sapalin (maluku).kananga wangi (ambon),selanga (aceh),
Manfaat:
 bunga cananga disuling menjadi farfum dan bahan kommeti,sebagai pengharum tubuh,rambut pakaian dan ruangan.bunga di manfaatkann bebagai tabur saat ziarah.dan sebagai obat tradisional obat untuk pembersih sehabis melahirkan,obat sesak napas dan bronkhitis,serta obat malaria

Suku Myristicaceae
Suku ini terdiri atas tumbuhan berkayu dengan daun tunggal yang duduknya tersebar atau berseling. Bunga kecil dengan tenda bunga tunggal yang berbilangan 3, selalu berkelamin tunggal, aktinomorf, berumah 2. Tenda bunga berlekatan, benangsari banyak (sampai 20), tangkai sari berlekatan berbentuk buluh, kepala sari menghadap keluar.Bakal buah tunggal dengan 1 bakal biji yang anatrop dan terletak pada dasar bakal buah, mempunyai 2 integumen. Buahnya buah yang berdaging, bila masak membuka dengan 2 katup. Biji dengan salut bijim yang disebut “macis”, endosperm dan perisperm yang berbelah, lembaga hanya kecil.
Dalam suku ini termasuk sekitar 250 jenis, terbagi dalam 15 marga, kebanyakan penghuni daerah tropika, terutama di Asia, Malaysia, dan Indonesia, ada juga di Afrika. Contoh : Myristica fragrans (pala) penghasil rempah-rempah dan bahan obat (bijinya), kulit buah yang tebal berdaging dapat dimakan (manisan pala atau asinan pala), salut biji (macis) berguna dalam obat-obatan.


Klasifikasi myristica fraagrans
myristica fragrans

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae 
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Rananunculales
Familia : myristicaceae
Genus : myristica
Spesies : myristica fragrans
Ciri-ciri:
tanaman pala memiliki buah berbentuk bulat, berwarna hijau kekuning-kuningan buah ini apabila masak terbelah dua. Garis tengah buah berkisar antara 3 -9 cm, daging buahnya tebal dan asam rasanya.
Biji berbentuk lonjong sampai bulat,panjangnya berkisar antara 1,5 – 4,5 cm dengan lebar 1- 2,5 cm. Kulit biji berwarna coklat dan mengkilat pada bagian luarnya. Kernel biji berwarna keputih-putihan, sedangkan fulinya berwarna merah gelap dan kadang-kadang putih kekuning-kuningan dan membungkus biji menyerupai jala.
Tanaman pala memiliki mahkota yang rindang, dengan tinggi batang 10 – 18 m. Mahkota pohonnya meruncing keatas, dengan bahagian paling atasnya agak bulat serta ditumbuhi daunan yang rapat. Daunnya berwarna hijau mengkilat, panjangnya 5 – 15 cm, lebar 3- 7 cm dengan panjang tangkai daun 0,7 -1,5 cm.
Manfaat :
Sejak dahulu, pala dikenal sebagai obat herbal yang berkhasiat untuk mengobati kejang lambung, serta berbagai penyakit lain seperti disentri, mencret, mual, mulas, muntah, maag, kembung, reumatik, serta suara serak. Selain itu, pala diyakini mampu mencegah gangguan susah tidur yang sering dialami oleh bayi maupun anak-anak. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran, dan minuman penyegar (seperti eggnog). Minyaknya juga dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.
   Suku Nymphaeaceae
Hidrofita yang tumbuh di rawa-rawa atau daerah-daerah yang tergenang air, terapung atau mempunyai akar yang dapat mencapai dasar air. Daun-daun terapung di air atau tenggelam, tetapi ada pula yang muncul di atas air. Bunga terpisah-pisah, aktinomorf dengan tenda bunga berbilangan 3 sampai banyak yang berfugsi sebagai daun kelopak, atau hanya 6 daun tenda bunga yang tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari 3 sampai banyak, sebagian besar bersifat steril dan berubah menjadi bagian-bagian yang meyerupai daun-daun mahkota.
Bakal buah menumpang atau setengah tenggelam, kadang-kadang sama sekali tenggelam berjumlah 3 sampai banyak, bebas satu sama lain atau berlekatan, seringkali tenggelam dalam dasar bunganya, masng-masing beruang banyak, tiap ruang dengan satu sampel banyak bakal biji yang laminal. Buahnya buah kurung atau menyerupai buah buni. Biji mempunyai salut biji, kebanyakan dengan endosperm dan perisperm, lembaga lurus. Suku ini mencakup sekitar 100 jenis yang terbagi dalam 8 marga dengan daerah distribusi yang sangat luas, meliputi daerah tropika dan daerah iklim sedang di belahan bumi utara. Contoh-contoh :
-   Nymphaea : Nymphaea lotus (teratai), Nymphaea stellate (tunjung), seringkali sebgai tanaman hias di kolam.
-   Nelumbo : Nelumbo nucifera, Nelumbo lutea (bijinya dapat dimakan).
-   Victoria : Victoria regia, dengan daun yang bundar dan tepi ke atas, sebagai tanaman hias.

Nymphaea lotus (teratai)

Klasifikasi Nymphaea lotus (teratai)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Rananunculales (lokasi: punggur)
Familia : Nymphaceae
Genus : Nymphae
Spesies : Nymphae Lotus
Ciri-ciri:
Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai berongga yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Fungsi ciri khusus ini adalah memudahkan zat makanan yang diserap oleh akar ditransfer ke batang dan daun serta memudahkan transfer oksigen dari daun ke tangkai dan akar.
Tumbuhan teratai memiliki batang berongga yang fungsinya sebagai tempat menyimpan oksigen untuk bernafas dan memudahkan teratai mengapung di air 
Tangkai terdapat di tengah-tengah daun yang berfungsi menjaga keseimbangan tanaman ini jika terkena goyangan ( walaupun teratai hidup di air yang tenang ), atau misal tumbuhan ini tenggelam maka daunnya akan dengan mudah menyembul lagi ke permukaan air.
Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar dan tipis yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Daun teratai yang bundar, lebar, dan tipis berfungsi memudahkan proses fotosintesis dan mengurangi penguapan.
Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.
Nama lain   : Indonesia teratai,padma,terate,teratai kecil 
 Manfaat : 
Sebagai obat tradisional,muntah-muntah,keputihan,demam,wasir,sakit jantung,beri-beri,pendarahan. Dan sebagai hiasan di kolam

Klasifikasi Nelumbo nucifera
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo :Rananunculales  
Familia : Nymphaceae
Genus : Nelumbo 
Spesies : Nelumbo nucifera
Ciri-ciri:
Akar dan rimpang seroja terdapat dalam lumpur di dasar kolam. Dari rimpang ini muncul beberapa tangkai yang panjangnya hingga mencapai 1,5 meter. Tangkai ini berbentuk tabung dengan rongga di tengahnya.
Dari ujung tangkai inilah kemudian keluar daun yang muncul di atas permukaan air. Daun berbentuk lingkaran, bergelombang di bagian tepi dengan urat daun terkumpul di tengah-tengahnya serta permukaannya berlapiskan lilin. Bunganya berwarna putih bersih, kuning atau merah jambu dengan diameter sekitar 20 cm.
Nama lain       : Indonesia seroja,Sacred water lotus,chinese arrowroot.
Manfaat  : 
sebagai tanaman hias,rimpangnya di manfaatkan untuk di konsumsi,bijinya di gunakan sebagi olahan makanan,daunya diguanakan untuk membungkus makanan,dan berguna sebagai obat,agen anti oksidan,hepatoprotection,immunomodulation,mecegah obesitas.
Klasifikasi Victoria regia
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Rananunculales 
Familia : Nymphaceae
Genus :Victorio
Spesies : Victoria regia
Ciri-ciri:
Ciri khas tanaman ini dapat kita lihat dari ukuran daunnya yang lebar dengan garis tengah yang mencapai 3 m.Bagian atas daunnya berwarna hijau, sedangkan bagian bawahnya berwarna merah marun. bunga berwarna putih yang biasanya berbunga di bulan Juli  atau Agustus. Bunga ini akan mekar pada malam hari dengan mengeluarkan wangi
Nama lain        : Teratai raksasa.
Manfaat: 
Sebagai tanaman hias
sebagai obat tradisional
diare
disenrti
keputihan
demam
insomnia
batuk darah
sakit jantung.
suku Lauraceae
Tumbuh-tumbuhan berkayu dengan daun-daun tunggal (yang kadang-kadang bertulang melengkung) yang duduknya tersebar, kadang-kadang berhadapan, tidak mempunyai daun penumpu. Bunga banci atau berkelamin tunggal, dengan tenda bunga berbilangan 2 sampai 5, biasanya berbilangan 3, tertanam pada tepi sumbu bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dan tersusun dalam 2 lingkaran. Benang sari tersusun dalam 3 sampai 4 lingkaran, tiap lingkaran terdiri atas sejumlah benang sari yang sama dengan jumlah daun-daun tenda bunga dalam lingkarannya, yang pada lingkaran dalam sering bersifat mandul sebagai staminodium. Kepala sari membuka dengan katup. Bakal buah menumpang atau terdapat dalam lekukan dasar bunganya, mempunyai 1 bakal niji yang anatrop dengan 2 integumen. Buah untuk sebagian terbalutoleh sumbu bunganya yang membesar, berupa buah buni atau menyerupai buah batu.Biji tanpa endosperm, lembaga dengan daun lembaga yang besar. Dalam daun dan kulit batang (gelam) terdapat sel-sel yang mengandung minyak atsiri.
Warga suku Lauraceae merupakan penghuni daerah-daerah yang panas, seluruhnya mencakup lebih dari 1000 jenis yang terbagi dalam sekitar 50 marga. Banyak diantaranya yang berguna bagi kehidupan manusia.
Klasifikasi persea amerikana
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta 
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale (lokasi : 38 b)
Ordo : Rananunculales
Familia : Lauraceae
Genus : Persea
Spesies : Persea americana
Ciri-ciri:
batang dengan ketinggian 20 meter.
daun sepanjang 12 hingga 25 centimeter
Bunganya tersembunyi
Bunganya berwarna hijau kekuningan
Buah alpukat dengan ukuran 7 sampai 20 cm
Nama lain   : Indonesia alpukat ,alpuket,alpokat,buah mentega (sunda) apuket.
Manfaat : 
Bijinya digunakan dalam indutri pakaian sebagai pewarna.Batangnya digunakan sebagai bahan bakar.Kulit pohon digunakan sebagai pewarna cokelat pada produk bahan kulit.Daging buah dapat di konsumsi serta menjadi bahan dasar produk kosmetik,dapat mengobati sariawan serta dapat melembabkan kulit yang kering.Daun dapt digunakan untuk mengobati kencing batu,darah tingi,sakit kepala,nyeri lambung

Klasifikasi Cinamomum burmanni
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Rananunculales
Familia : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinamomum burmanni



Ciri-ciri:
Kayu manis ini memiliki tinggi sekitar 8 meter hingga dengan 10 meter.
Pada bagian daunnya berwujud lonjong dan juga agak runcing terhadap bagian ujungnya.
Memiliki tulang daun sekitar 3 hingga 5.
Daun berwarna kemerah-merahan terhadap selagi daun kayu manis masih muda dan jikalau daunnya sudah tua akan berwarna hijau tua.
Pada bagian daun yang sudah tua terhadap bagian tulangnya akan keluar pucat dan terhadap bagian bawahnya berwarna putih.
Memiliki bunga kecil-kecil yang baunya tidak cukup sedap, dan tangkai terhadap bunga selanjutnya berwarna putih.
Memiliki buah layaknya telur dan kelopaknya besar.
Nama lain       : Indonesia,kayu manis,keningar,cassia (padang),indonesian cinnamon (inggeris)
Manfaat :
Sebagai penyedap masakan,berguana sebagai obat membantu mengatur siklus menstruasi dan meringankan nyeri haid, perut kembung, muntah atau masalah pencernaan, meredakan sakit gigi
Klasifikasi Cassytha filiformis L
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Rananunculales
Familia : Lauraceae
Genus : Cassytha
Spesies : Cassytha filiformis L
Ciri-ciri:
tanaman tali putri memiliki ukuran yang kecil yang berbentuk seperti tali yang kusut bercabang banyak panjanganya dapat mencapai yakni 8 m.
Pada batang tanaman tali putri ini berwarna kuning, coklat dan kadang hijau yang mana pada batannya ini terdapat alat hisap yang digunakan untuk mengambil makanan dari tanaman lain yang menjadi inangnya. Daun tanaman tali putri ini kecil yanga mana seperti sirip, bunga tanaman tali putri berwarna putih kekuningan, berbentuk bulir dengan posisi tegak. Buah tanaman tali putri ini buni berbentuk bulat dan mudah rontok.
Nama lain   : Tali putri,sangga langit (sunda),
Manfaat    :
berguna untuk mengobati sakit cacingan.
digunakan untuk menyembuhkan sakit perut.
bermanfaat untuk menyembuhkan sakit lambung.
berkhasiat sebagai obat sakit borok.
digunakan untuk menyuburkan rambut.

 Bangsa Aristolochiales
Aristolochiales meliputi terna atau liana dengan daun-daun tunggal tanpa daun penumpu yang duduknya tersebar. Sebagian berupa parasit dengan bagian-bagian vegetative yang sangat tereduksi. Bunga aktinomorf dengan tenda bunga tunggal yang berwarna atau mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkotanya. Bakal buah kebanyakan tenggelam, beruang 3-6 dengan timbuni sentral di ketiak, atau hanya beruang 1 dengan papan biji pada dinding buah dengan bakal biji dalam jumlah yang besar.Bakal biji mempunyai 2 integumen. Biji dengan endosperm dan  lembaga yang kecil.
Dalam bunga Aristolochiales tercakup beberapa  suku saja, diantaranya :

Suku Aristolochiaceae
Terna atau liana dengan daun-daun bangun jantung atau ginjal yang mengandung sel-sel minyak, tanpa daun penumpu, duduknya tersebar. Bunga banci, aktinomorf atau zigomorf dengan tenda bunga serupa kelopak atau mempunyai kelopak serupa mahkota dan mahkota yang kecil. Benang sari 5 - 6 atau banyak, bebas atau berlekatan  dengan tangkai putik. Bakal buah tenggelam, beruang 4 - 5 dengan banyak bakal biji yang masing-masing mempunyai 2 integumen. Buahnya buah kendaga, biji dengan endosperm dan  lembaga yang kecil.
Suku ini mencakup sampai 400 jenis, terbagi dalam 7 marga, kebanyakan hidup di Amerika Selatan. Contoh : Aristolochia : A. kewensis, A. grandiflora, A. durior, A. europaeum.

Klasifikasi Aristolochia durior
 Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Aristolochiales
Familia : Aristolochiaceae
Genus : Aristolochia 
Spesies : Aristolochia durior
Ciri-ciri:
Memiliki kantong berbentuk piala di bagian ujung daun. Kantong tersebut sebenarnya adalah ujung daun yang berubah bentuk.
Menghasilkan nektar. Kantong semar memiliki daun yang berbentuk seperti piala, di mana bagian dalam daun tersebut dapat mengeluarkan nektar (bahan pembuat madu) berupa cairan lengket dan berasa manis.
Mampu menghasilkan cairan pencerna serangga
Nama lain: galoe-galoe antoe dan kandjong baroek(gorontalo)
Manfaat :
Obat penghancur batu ginjal
Obat sakit perut
Obat Batuk
Sumber air minum jika di dalam hutan
Luka bakar 
Menyembuhkan sakit mata

Suku Rafflesiaceae
Umumnya terna berumah 2 atau berumah 1 yang hidup sebagai parasit pada akar dan cabang-cabang berbagai tumbuhan inang, tidak mempunyai akar, hanya tunas-tunas pendek dan daun-daun yang menyerupai sisik. Bagian vegetative tubuhnya bersifat seperti talus atau tereduksi menjadi badan-badan seperti miseliumnya jamur dan terdapat di dalam jaringan  tumbuhan inangnya. Bunga kecil sampai amat besar (pada Rafflesia arnoldi dapat mempunyai garis tengah sampai mendekati 1m, dengan berat hamper 10 kg dan merupakan bunga tersebar yang dikenal sampai sekarang),  hampir selalu berkelamin tunggal, aktinomorf dengan tenda bunga berbilangan 4 - 5. Benang sari banyak, terdapat pada sisi bawah suatu badan berbentuk cakram yang terdapat di tengah-tengah bunga. Bakal buah umumnya tenggelam dengan 4 - 8 papan biji pada dindingnya, dapat juga bakal biji yang masing-masing mempunyai 2 integumen. Buahnya buah buni dengan banyak biji, tiap biji mempunyai endosperm dan lembaga yang kecil.
Suku ini meliputi 53 jenis yang terbagi dalam 8 marga terutama tumbuh dalam 8 marga terutama tumbuh di daerah tropika dan subtropika.














Klasifikasi Rafflesia anoldi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Monochlamydeae 
Ordo : Aristolochiales
Familia : Rafflesiaceae
Genus : Rafflesia
Spesies : Rafflesia anoldi
Nama lain        : -
Manfaat : Bunganya sebagai oabt sakit perut,getahnya merekatkan luka-luka luar.
Contoh :
-   Rafflesia : R. arnoldi ( parasit pada akar-akar liana di hutan-hutan di sumatra). R. patma, di P Nusakambangan dan bagian barat daerah Banyumas.
-   Pilostylus : P. thurberi, di Mexico.
-   Apodenthes : yang anggota-anggotanya ditemukan di Afrika dan Amerika tropika.
-   Cytinus : yang anggotanya terdapat di sekitar Laut Tengah dan daerah ujung selatan Afrika.








Klasifikasi Michelia alba
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Sub division : Angiospermae
Classis : Dicotyledaoneae
Sub-classis : Dialypetale
Ordo : Magnoliales ( lokasi: metro 24, pengadilan negri)
 Famili : Magnoliaceae
 Genus : Michelia
Spesies : Michelia alba
Ciri-ciri:
Pohon kantil mempunyai tinggi yang mampu mencapai 30 meter dan mempunyai batang yang berkayu. Pada ranting-ranting pohon cempaka putih biasanya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna keabu-abuan.Daun kantil (cempaka putih) tunggal berbentuk bulat telur dan berwarna hijau. Tangkai daun lumayan panjang, mencapai hampir separo panjang daunnya. Kantil (Michelia alba) mempunyai bunga berwarna putih yang mempunyai bau harum yang khas. Tanaman yang dimitoskan sebagai rumah kuntilanak ini jarang ditemukan mempunyai buah karena itu perbanyakan dilakukan secara vegetatif.
Nama lokal: cempaka putih, kantil (Jawa), cempaka bodas(Sunda), campaka (Madura), jeumpa  gadeng (Aceh), campaka putieh (Minangkabau),sampaka mopusi (Mongondow), bunga eja kebo (Makasar), bunga eja mapute (Bugis),capaka bobudo (Ternate), capaka bobulo (Tidore).
manfaat :
Bunga Kantil mempunyai nilai tradisi yang erat bagi masyarakat Jawa, terutama di Jawa Tengah. Bunga Kantil banyak di gunakan pada upacara perkawinan terutama sebagai hiasan sanggul dan keris. Selain itu bunga kantil juga digunakan pada upacara kematian dan tabur bunga (nyekar).

































BAB III
PENUTUP
Kesimpulan 
Sub kelas ini meliputi terna, semak, perdu dan pohon-pohon yang sesuai dengan namanya sebagai ciri utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota, sedang daun-daun mahkotanya bebas satu dari yang lain. Ranales memiliki beberapa suku contohnya yaitu, annonaceae( annona muricata, annona squamosa), myristicaceae(myristica fragrans), lauraceae(Persea Americana), nymphaceae(Nymphae Lotus). Sedangkan ordo aristolochiales dengan contoh suku yaitu, aristolochieaceae(Rafflesia anoldi), rafflesiaceae(Rafflesia anoldi).























DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. Gambar-gambar Tumbuhan Dialypetalae. http://wikipedia.org. diakses pada hari Sabtu, 3 Maret 2013, pukul 19.00 WITA.

Campbell, Neil A. Dkk, 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Kimball, John W., 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga. Jakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


























Fakta Unik

Rafflesia arnoldii  merupakan tumbuhan yang kelangsungan hidupnya menggantungkan sumber energi pada inangnya. Bunga ini kerap menempel pada batang liana, yakni tumbuhan merambat dari genus Tetrastigma.  Sifat Tetrastigma yang mengandung banyak air, mengindikasikan Rafflesia resistan terhadap kekeringan. Tak punya akar, daun, dan tangkai.Bunga Rafflesia hanya memiliki mahkota. Bahkan sebagai tanaman parasit, bunga ini tidak memiliki akar ataupun tangkai. Terlebih, tumbuhan ini pun tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis.
Diameter tumbuhan parasit ini ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga ini mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga. Bunga hanya berumur seminggu
Periode mekar Rafflesia arnoldii hanya sekitar 5 sampai 7 hari setelah itu layu dan mati. Meski begitu, tidak semua bunga bisa bertahan hingga mekar. Kurangnya nutrisi dan air, ataupun rusak karena hewan pengerat bisa membuat Rafflesia  tak mampu hidup. Persentase pembuahan kecil Salah satu yang membuat bunga ini langka karena persentase pembuahannya kecil. Bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi. Karenanya serangga memegang peranan penting untuk mentransfer serbuk sari dari bunga jantan ke putik bunga betina.

Bunga dengan bau anyir, strategi mengeluarkan bau busuk seperti bangkai digunakan untuk membuat lalat tertarik pada bunga ini. Bau ’anyir’ spesifik yang dikeluarkan bunga berwarna oranye kusam berasal dari pembusukan materi tumbuhan. Selain aromanya, permukaan bunga yang luas dan terbuka menjadi daya tarik bagi serangga terutama kelompok lalat dan kumbang untuk masuk. 
Mampu hidup hanya di habitat asli
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Bengkulu sendiri telah ditetapkan sebagai pusat konservasi tumbuhan ini. Selain itu, Hutan Lindung Bukit Daun dan Cagar Alam Taba Penanjung di Kabupaten Bangkulu Tengah juga menjadi habitat Rafflesia arnoldii. Hingga saat ini bunga Rafflesia belum berhasil dikembangbiakkan di luar habitat aslinya.
Ada empat jenis bunga Rafflesia:
Di kawasan hutan Provinsi Bengkulu telah teridentifikasi empat jenis bunga bangkai ini yakni Rafflesia arnoldii, Rafflesia bengkuluensis, Rafflesia gadutensis, dan Rafflesia hasselti.









































BAHAN AJAR MATA KULIAH: EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI (Materi Dihimpun dari Berbagai Sumber

BAHAN AJAR MATA KULIAH: 
EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
(Materi Dihimpun dari Berbagai Sumber



Oleh: 
Dr. Agus Sujarwanta, M.Pd.



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013

TOPIK:
BAGIAN 1:
KONSEP EVALUASI, PENILAIAN, DAN PENGUKURAN

Konsep Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. 
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat di sana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran.

Konsep Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Konsep Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Pengukuran
Menurut Mahrens; pengukuran dapat diartikan sebagai informasi berupa angka yang diperoleh melalui proses tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto; pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Menurut Lien; pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi.
Penilaian
Menurut Suharsimi Arikunto; menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan baik, penilaian yang bersifat kuantitatif
Menurut Mahrens; penilaian adalah suatu pertimbangan professional atau proses yang memungkinkan seseorang untuk membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu
Evaluasi
Menurut Norman E. Grounloud; evaluasi dalah suatu proses yang sistematik dan berkesinambungan untuk mengetahui efisien kegiatan belajar mengajar dan efektifitas dari pencapaian tujuan instruksi yang telah ditetapkan
Menurut Edwin Wond dan Gerold W. Brown; evaluasi pendidikan atau proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan
Evaluasi adalah proses pengukuran dan penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai seseorang
Assessment
Assessment adalah metode yang dikembangkan dalam ilmu manajemen untuk mengetahui job analisis. Banyak metode yang dapat dipakai, bisa bersifat deep interview, wawancara terfokus, diskusi kelompok, presentasi, dan bahkan yang paling rumit yaitu 360′ (tiga ratus enampuluh derajat) atau biasa disebut three sixty.
Assessment adalah kegiatan yang dilakukan pada awal proses manajemen keamanan sistem informasi, yang ditujukan untuk mengidentifikasikan risiko-risiko beserta bentuk kontrol yang perlu diadakan untuk mengurangi risiko tersebut
Penilaian yang dilandasi oleh kemampuan siswa dalam proseses belajar dan kemampuan guru dalam memodifikasi pembelajaran sesuai dengan kapasitas daya serap belajar siswa di kelas
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa

Rangkuman:
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. 
Penilaian bersifat kualitatif. Menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Pengukuran bersifat kuantitatif yang membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. 
Perbedaan spesifikasi untuk pengertian masing-masing:
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
BAGIAN 2:

Pendahuluan
            Pendekatan saintific atau pendekatan ilmiah merupakan pengetahuan yang bersifat empiris. Di dalam khasanah pengetahuan, pendekatan ini menekankan observasi langsung dan eksperimen sebagai cara untuk menjawab pertanyaan. Pada dasarnya, ilmu pengetahuan mempunyai cara spesifik untuk menganalisis informasi dengan tujuan untuk pengujian. Cara spesifik yang membuat ilmu pengetahuan ilmiah berbeda dengan  pengetahuan non-ilmiah adalah penggunaan apa yang dikenal sebagai metode ilmiah. Pendekatan non-ilimiah atau non-saintific memperoleh pengetahuan melibatkan jenis berpikir informal. Pendekatan ini dapat dianggap sebagai cara yang tidak kritis dan sistematis dalam berpikir.
         Pembelajaran dengan pendekatan saintific menuntut siswa harus dapat menggunakan metode-metode ilmiah yaitu menggali pengetahuan melalui mengamati, mengklasifikasi memprediksi, merancang, melaksanakan eksperimen mengkomunikasikan pengetahuannya kepada orang lain dengan menggunakan keterampilan berfikir, dan menggunakan sikap ilmiah seperti ingin tahu, hati-hati, objektif, dan jujur. Dengan demikan, dalam konteks pembelajaran maka makalah ini memfokuskan kepada:
Seperti apakah konstruksi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific?
Bagaimanakah implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific?
Bagaimanakah sistem penilaian yang relevan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan saintific?

Tinjauan Teoretik
Metode ilmiah berakar dari pengetahuan yang diperoleh dengan menemukan masalah melalui observasi, eksperimen, dan melalui proses penalaran dan logika obyektif. Menurut Aragon (2007: 9), metode ilmiah didefinisikan sebagai: “systematic process for acquiring new knowledge that uses the basic principle of deductive (and to a lesser extent inductive) reasoning. It’s considered the most rigorous way to elucidate cause and effect, as well as discover and analyze less direct relationships between agents and their associated phenomena.” Metode ilmiah adalah "proses yang sistematis untuk memperoleh pengetahuan baru yang menggunakan prinsip dasar penalaran deduktif (dan pada tingkat lebih rendah induktif). Ini dianggap sebagai cara yang paling ketat untuk menjelaskan sebab dan akibat, serta menemukan dan menganalisis hubungan yang kurang langsung antara agen dan fenomena yang terkait. " 
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Deduktif atau deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan (Suria-sumantri, 2005: 48-49). 
Dalam konteks berpikir, deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Berbeda dengan berpikir induktif, induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Proses yang berkaitan temuan ke dunia nyata dikenal sebagai induksi, atau penalaran induktif, dan merupakan cara berhubungan temuan ke alam semesta di sekitar kita. Kedua penalaran tersebut dapat digambarkan dalam siklus metode ilmiah sebagai berikut:


    Gambar 1. Siklus Metode Ilmiah
                               (Diadopsi dari: Martyn Shuttleworth, 2009)

Pendekatan saintific  dengan demikian mengkaji cara-cara untuk mendapat pengetahuan baru yang dipelajari dengan menggunakan proses yang sistimatis. Proses sistimatis ini memadukan dua penalaran yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penggunaan pendekatan saintific dalam pembelajaran mem-bawa iklim berpikir rasional yakni mendasarkan kesimpulan pada kecerdasan, logika dan bukti empirik. 


Metodologi
Di dalam kajian ini metode yang digunakan adalah studi dokumen. Dokumen yang menjadi acuan analisis berupa buku, jurnal, dan hasil penelitian terkait dengan pembelajaran sains. Analisis konsep-konsep pendekatan sains dipaparkan dalam konteks praktis pembelajaran. Sedangkan hasil penelitian para pakar digunakan untuk menguatkan pembahasan terhadap ketiga rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini.

Pembahasan
Konstruksi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific
Pendekatan saintific  dalam proses ilmiah merupakan suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek tertentu dari alam secara terorganisir, sistematik dan melalui metode-metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains terbatas pada pada hal-hal yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan, pendengaran, rabaan, dan pengecapan).
Sedangkan yang disebut metode saintifik adalah langkah-langkah yang tersusun secara sistematik untuk memperoleh suatu kesimpulan ilmiah. Metode saintifik juga sering disebut metode induktif  karena dalam prosesnya, metode saintifik dimulai dari hal-hal yang bersifat spesifik ke kesimpulan yang bersifat general. Metode saintifik pada dasarnya merujuk pada model penelitian yang dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626). Model tersebut memiliki langkah-langkah :
Mengidentifikasi masalah ( dari fakta yang ditemukan di lingkungan )
Mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
Memilah data yang sesuai dengan permasalahan
Merumuskan hipotesis ( dugaan ilmiah yang menjelaskan data dan permasalahan yang ada sehingga dapat menentukan langkah penyelesaian masalah lebih lanjut)
Menguji hipotesis dengan mencari data yang lebih faktual ( mengadakan eksperimen)
Menguji keakuratan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya agar dapat mentukan tindakan terhadap hipotesis tersebut (mengkonfirmasi, memodifikasi, ataupun menolak hipotesis).   
Implikasi dalam pembelajaran berkenaan dengan hakikat metode saintific di atas, maka “pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pem-buktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum–hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintific dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan peng-amatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Penekanan belajar tampak bahwa siswa aktif berproses, ini secara operasional membawa kepada situasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific, menghadirkan keterampilan proses pada siswa. 
Langkah-langkah belajar dengan pendekatan proses, tidak lain merupakan refleksi dari pertanyaan “mengapa para ilmuwan bisa menemukan teori atau hukum dalam ilmu pengetahuan?” Sebenarnya, mereka bukan orang-orang yang super, tetapi mereka memiliki kelebihan dalam hal ketekunan, kerajinan, serta tidak mudah merasa putus asa. Keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan saja, tetapi harus didukung dengan kerja keras dan ketekunan sehingga dapat diperoleh suatu keberhasilan.
Para ilmuwan tersebut bekerja secara sistematis, tekun, teliti, dan disiplin. dengan  metode ilmiah seperti dikembangkan Bacon. Cara mempelajari ilmu pengetahuan dengan menggunakan keterampilan proses akan mendekatkan siswa memiliki pengalaman belajar yang lebih lengkap dan tidak terjebak dalam belajar hafalan.  Secara operasional pendekatan saintific dalam pembelajaran yang menekankan pada keterampilan proses, meliputi kegiatan: observasi, menggolongkan, menafsirkan, memperkirakan, mengajukan pertanyaan, dan mengidentifikasi variabel.  Dengan mekanisme pembelajaran tersebut siswa dalam belajar akan ‘menemukan’ pengetahuan itu dengan  sendirinya. 
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti: mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Perlu diketahui pendekatan keterampilan proses ini sebenarnya sudah digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. 
Dalam pendekatan proses, ada  hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan, yakni proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik, bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri siswa dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya. Proses mengalami yang dilakukan dalam kegiatan observasi dapat ditinjau esensialnya dalam uraian berikut.
Esensi Aktivitas Siswa  dalam Observasi
Ketika mengamati fenomena ilmuwan suka mengerahkan tingkat tertentu kontrol. Ketika menggunakan kontrol, siswa/ilmuwan menyelidiki efek dari berbagai faktor satu per satu. Tujuan utama untuk siswa/ilmuwan ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang benar-benar menghasilkan fenomena. Dalam proses kerja saintific, kontrol ketat adalah fitur utama sains. Pendekatan non-ilmiah untuk pengetahuan sering dibuat tanpa sistem. Pendekatan non-ilmiah tidak berusaha untuk mengendalikan banyak faktor yang dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang mereka hadapi (tidak tahan kondisi konstan). Kurangnya kontrol ini membuat sulit untuk menentukan hubungan sebab-akibat (terlalu banyak mengacaukan, variabel bebas yang tidak diinginkan).
Esensi Siswa dalam Melaporkan Hasil Observasi
Dua orang menyaksikan peristiwa  yang sama tetapi hasil yang dilaporkan dapat berbeda. Hal ini sering terjadi karena bias individu dan pandangan subyektif. Karakteristik ini adalah ciri-ciri umum di kalangan non-ilmuwan (non-saintis). Laporan mereka seringkali melampaui apa yang baru saja diamati dan melibatkan spekulasi. Dalam buku Metode Penelitian dalam Psikologi (Shaughnessy & Zechmeister 1990), contoh yang sangat baik diberikan menunjukkan perbedaan antara pelaporan ilmiah dan non-ilmiah. Sebuah ilustrasi disediakan menampilkan dua orang yang berjalan di sepanjang jalan dengan satu orang yang berjalan di depan yang lain. Ilmuwan akan melaporkannya dalam cara itu hanya dijelaskan. Non-ilmuwan dapat mengambil langkah lebih lanjut dan melaporkan satu orang yang mengejar yang lain atau mereka berlomba. Ini bukan informasi yang obyektif namun spekulasi.

Esensi Konsep dalam Pembelajaran
Banyak pelajaran yang dibahas secara rutin meskipun siswa tidak tahu persis tentang apa yang didiskusikan. Siswa mungkin memiliki gagasan tentang apa yang dibicarakan (meskipun ide-ide siswa mungkin benar-benar berlawanan). Meskipun siswa tidak dapat dengan tepat menentukan konsep yang dibicarakan, ini menyebabkan siswa  terjebak dalam pembahasan yang buntu. Ilmuwan berpikir dengan berpijak pada definisi operasional (berdasarkan set operasi yang menghasilkan hal yang didefinisikan) dengan konsep. Sebuah contoh dari definisi operasional berikut: kelaparan kebutuhan fisiologis untuk makanan, konsekuensi dari kekurangan makanan. Setelah definisi operasional telah ditetapkan komunikasi dapat bergerak maju.
Esensi Instrumen/Alat Ukur dalam Pembelajaran
Dalam kehidupan sehari-hari banyak instrumen yang digunakan untuk mengukur peristiwa. Instrumen umum termasuk alat pengukur gas, timbangan, dan timer. Instrumen ini tidak terlalu tepat dibandingkan dengan instrumen yang lebih tepat digunakan dengan pendekatan ilmiah. 
Esensi Pengukuran dalam Pembelajaran
Sebuah instrumen dapat memberikan tingkat akurasi dan ketepatan tapi masih kekurangan nilai jika pengukurannya adalah non-valid. Aspek penting lain dari pengukuran adalah kehandalan. Pengukuran dikatakan dapat diandalkan ketika hasilnya konsisten. Dalam konteks ilmu pengetahuan adalah penting untuk pengukuran dapat diandalkan. Di kalangan non-ilmuwan justru kurang penekanan pada keandalan.

2. Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific 
Keberhasilan pendekatan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga  dapat dipertanggungjawabkan. Dengan menggunakan metode ilmiah, maka untuk mendapatkan pengetahuan para ilmuwan berusaha untuk membiarkan realitas berbicara sendiri, membahas mendukung teori ketika prediksi teori ini sudah dikonfirmasi dan menentang teori ketika prediksinya terbukti tidak teruji.
Fakta empirik tentang keberhasilan pendekatan saintific dalam pem-belajaran dilaporkan oleh Mulyono, dkk (2012), bahwa perangkat pembelajaran dengan pendekatan scientific skill teknologi fermentasi berbasis masalah lingkungan pada limbah produksi tempe-tahu, yaitu meliputi silabus, RPP, bahan ajar, lembar diskusi peserta didik (LDPD), dan lembar penilaian scientific skill. Hasil analisis menunjukkan perangkat pembelajaran sangat valid, efektif, dan praktis diterapkan. Pendekatan saintific dalam pembelajaran yang membawa proses mendapatkan pengetahuan diantaranya juga dilakukan melalui eksperimen, mendorong siswa belajar metode penelitian. Implikasi ini ternyata positif, yakni ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa belajar tentang metodologi penelitian dapat meningkatkan berpikir dalam bidang kehidupan lainnya (Lehman, Lempert, & Nisbett, 1988).
Gagne, menyebutkan bahwa dengan mengembangkan keterampilan Sains anak akan dibuat kreatif, dan mampu mempelajari sains di tingkat yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. 
Tujuan pembelajaran sains akan tercapai jika terdapat keberhasilan penilaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aspek kognitif adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual, aspek afektif erat kaitannya dengan sikap dan emosi, dan aspek psikomotor berkaitan dengan keterampilan. Ketiga aspek tersebut searah dengan hakikat sains yang harus ditinjau dari segi produk, proses, dan sikap ilmiah. Penguasaan aspek-aspek tersebut pada siswa dapat dilihat dari hasil belajar. 
Penerapan pendekatan saintific yang diangkat dalam contoh berikut adalah pada pembelajaran mata pelajaran Biologi.  Berikut ini langkah-langkah belajar dengan pendekatan saintific melalui operasionalisasi keterampilan proses, sebagaimana diuraikan oleh Budiyanto (2013), sebagai berikut:
a.  Mengobservasi
Observasi merupakan hasil dari pengamatan melalui indera, siswa akan belajar dengan mencari gambaran atau informasi tentang objek yang diamati. Hasil apa saja yang kita peroleh dari suatu pengamatan? Coba Anda sebutkan fungsi alat indera kita. Dengan mata, kita bisa melihat bentuk, warna, serta gerak suatu objek. Dengan alat pendengaran, kita bisa mendengar bunyi atau suara. Dengan lidah, kita bisa merasakan berbagai rasa, dengan perabaan bisa mengetahui permukaan objek, adapun dengan penciuman kita bisa merasakan macam-macam bau. Dalam mempelajari biologi, kegiatan observasi ini bisa dibantu dengan alat bantu, antara lain mikroskop, kertas lakmus, lup, termometer, penggaris, dan sebagainya. Hasil observasi dapat berupa gambar, bagan, tabel, atau grafik.
b.  Menggolongkan
Untuk memudahkan cara mempelajari suatu objek, maka kita lakukan penggolongan suatu objek itu. Jika kita melakukan kegiatan untuk menggolongkan makhluk hidup, maka hasilnya dapat berupa bagan. Contoh: Jika Anda diminta membuat penggolongan tanaman kembang merak, kembang sepatu, rumput, palem maka contoh hasilnya bagan sebagai berikut.
c.  Menafsirkan
Menafsirkan artinya memberikan arti terhadap suatu kejadian berdasarkan kejadian lainnya. Ketika menafsirkan suatu data, hendaknya kita menggunakan acuan atau patokan.
Contoh: Suatu hari Anda menanam 10 tanaman cabai di halaman rumah. Tanaman cabai itu tumbuh dengan subur. Karena beberapa hari kurang perawatan, akhirnya 5 tanaman cabai mati. Contoh penafsirannya, ada penurunan jumlah populasi tanaman cabai sebesar 5 10 Biji berkeping satu Biji berkeping dua × 100% = 50%. Penurunan populasi ini mungkin disebabkan oleh pengaruh cuaca, kekurangan air, suhu, atau kelembapan udara.

d.  Memperkirakan
Kegiatan memperkirakan bukan berarti meramalkan, tetapi membuat perkiraan berdasarkan pada kejadian sebelumnya atau hukum-hukum yang berlaku. Contoh: Anda mengamati pertumbuhan tanaman cabai. Pada hari ke-5 tingginya 4 cm, pada hari ke-10 tingginya 6 cm, hari ke-15 tingginya 8 cm, dan pada hari ke-20 tingginya 10 cm. Jika dibuat menjadi sebuah grafik.

e.  Mengajukan Pertanyaan
Seringkah Anda memiliki naluri ‘ingin tahu’ untuk mengetahui suatu permasalahan? Untuk menemukan suatu permasalahan, Anda harus dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa, bagaimana, di mana, kapan, mengapa, dan siapa terhadap suatu objek. Contohnya, suatu saat Anda mengamati tanaman cabai di sekitar rumah. Tanaman cabai tersebut sepertinya terlihat akan mati karena banyak daun yang mulai layu dan menguning, serta banyak bunga yang berguguran. Selanjutnya, tentu akan timbul pertanyaan untuk mengetahui permasalahan tersebut. Bagaimana ciri tanaman cabai yang subur dan tanaman cabai yang tidak subur? Adakah ciri-ciri ketidaksuburan pada tanaman cabai yang Anda amati? Pada bagian mana tanaman itu terganggu? Mengapa tanaman cabai menjadi tidak subur?
   Semua pertanyaan itu perlu dicari jawabannya. Di antara pertanyaan itu, ada yang bisa dijawab dan ada yang belum bisa dijawab. Pertanyaan yang belum terjawab merupakan permasalahan yang harus dicari jawabannya, misalnya dengan cara membaca laporan-laporan dari penemuan sebelumnya atau bisa juga dengan cara lain.

f.  Mengidentifikasi Variabel
Tentu Anda mengetahui bahwa pertumbuhan tanaman cabai membutuhkan tanah sebagai tempat tumbuhnya yang ditunjang dengan pupuk, air, pH, cahaya, suhu, serta udara. Faktor-faktor pendukung itulah yang dimaksud dengan variabel. Jadi, variabel merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah atau diubah.
  Ada tiga jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat. Pada contoh tersebut, tanah sebagai variabel bebas karena akan diteliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Variabel bebas adalah faktor yang dapat dibuat bervariasi. Adapun faktor seperti cahaya, suhu, pH, air, udara, dan pupuk merupakan variabel kontrol, yaitu faktor lain yang ikut berpengaruh dan dibuat sama serta terkendali, sedangkan pertumbuhan tanaman cabai sebagai variabel terikat, yaitu faktor yang muncul akibat variabel bebas.

3. Sistem Penilaian dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiag-nosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Menurut Rezba (1999), ada tiga dimensi pengetahuan yang penting untuk dievaluasi, yakni:
Dimensi  konten atau isi dari ilmu pengetahuan. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. 
Dimensi proses sains. Dalam hal ini adalah keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuan dalam kerja ilmiah. Ketika siswa belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, maka pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.
Dimensi sikap ilmiah. Dimensi ini fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi, antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan nilai-nilai ilmiah. 
Ketiga dimensi penilaian di atas sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi dalam penilaian pembelajaran  yang lengkap yang mencakup domain kognitif, psikomotorik, dan afektif. Oleh karena itu, sistem penilaian pembelajaran dengan pendekatan saintific harus mampu  mengukur penguasaan konsep yang dijaring dengan tes tulis obyektif dan subyektif. Realita tersebut menunjukkan bahwa penilaian dengan cara konvensional belum mampu mengungkap hasil belajar siswa dari aspek sikap dan proses atau kinerja siswa secara aktual. 
Target hasil belajar yang diharapkan dicapai siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran tertuang dalam tujuan pembelajaran agar tercapai penilaian otentik yang reliabel. Untu ini diperlukan upaya meminimalkan adanya faktor penyebab perbedaan keputusan penskoran terhadap kinerja yang sama. Reliabilitas dalam penskoran sangat dituntut demi keadilan bagi peserta didik. Hal ini dapat diupayakan dengan menselaraskan antara komponen yang menyangkut proses dan evaluasi yang menghasilkan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 
Penilaian (evaluasi) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Dalam konteks pendekatan saintific maka diperlukan asesmen alternatif (alternative assessment) yakni segala jenis bentuk asesmen di luar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. 
Penilaian otentik yang juga diartikan sebagai proses penilaian performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata, guru dapat menetapkan kriteria kinerja dan penskoran yang memenuhi aspek reliabilitas dan validitas. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test), kumpulan hasil kinerja siswa (portofolio), penilaian produk 3 dimensi, dan penilaian unjuk kerja siswa. 

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap ketiga masalah yang menjadi focus kajian makalah ini dapat dsimpulkan sebagai berikut:
1. Konstruksi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific pada dasarnya menghadirkan keterampilan proses  sehingga pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses, seperti: observasi, menggolongkan, menafsirkan, memperkirakan, mengajukan pertanyaan,  mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan, sehingga dengan mekanisme pembelajaran tersebut siswa dalam belajar akan ‘menemukan’ pengetahuan itu dengan  sendirinya. 
2.  Impelemantasi pembelajaran dengan pendekatan saintific secara operasional merupakan penerapan keterampilan proses siswa dalam hal: 
a.  Mengobservasi, yakni: mencari gambaran atau informasi tentang objek 
    observasi atau pengamatan melalui indera.
b.  Menggolongkan, yakni keterampilan untuk memperoleh informasi 
     berkenaan dengan ciri-ciri kesamaan makhluk hidup. 
c.  Menafsirkan, yakni memberikan arti terhadap suatu kejadian 
     berdasarkan menggunakan acuan atau patokan. 
d.  Memperkirakan, yakni membuat perkiraan berdasarkan pada kejadian 
     sebelumnya atau hukum-hukum yang berlaku. 
e.  Mengajukan Pertanyaan, yakni menyampaikan secara verbal  naluri 
    ‘ingin tahu’ untuk mengetahui suatu permasalahan. 
f.  Mengidentifikasi Variabel, yakni mengetahui faktor-faktor yang 
     berpengaruh dan memiliki nilai (ukuran tertentu) serta dapat berubah 
     atau diubah.
3. Sistem penilaian pembelajaran dengan pendekatan saintific harus mampu  mengukur tiga dimensi pengetahuan yang penting, yakni: dimensi  konten atau isi dari ilmu pengetahuan, dimensi proses sains, dan dimensi sikap ilmiah. Dalam konteks pendekatan saintific maka diperlukan asesmen alternatif (alternative assessment) yakni segala jenis bentuk asesmen di luar asesmen konvensional (selected respon test dan paper-pencil test) yang lebih autentik dan signifikan mengungkap secara langsung proses dan hasil belajar siswa. Seperti, penilaian otentik sebagai proses penilaian performance siswa dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam situasi nyata. 



DAFTAR PUSTAKA
Aragon, A. Girth Control: The Science of Fat Loss and Muscle Gain. Alan Aragon Publishing, 2007.

Budiyanto. Metode Model Pembelajaran dan Strategi Pembelajaran. http:// budisma.web.id/materi/sma/kelas-x-biologi/belajar-pendekatan-proses. 17 April 2013.
“Definisi Sains”. http://www.sciencemadesimple.com/science-definition.html. 17 April 2013
Hale, Jamie. Scientific & Nonscientific Approaches To Knowledge. Hale J. (2007) The Fitness Skeptic. [Online] 25 August 2008. http://www. Maxcon-dition. com/page.php?105. Akses 13 April 2013.
       Mahmuddin.  Pentingnya Penilaian Keterampilan Proses Sains.  10 April, 2010.
Mulyono, S. Yatin, Siti Harnina Bintari, Enni Suwarsi Rahayu., dan Priyantini Widiyaningrum. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Dengan Pendekatan Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasis Masalah Lingkungan”. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan, Uniniversitas Negeri Semarang, Vol. 41. No. 1. Tahun 2012.
Mulyana, Edi Hendri. Penilaian dan Asesmen Dalam Pembelajaran IPA. UPI Bandung, 2009.
Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian.
Shuttleworth, Martyn. What is the Scientific Method? (Jun 26, 2009). http://explorable.com/what-is-the-scientific-method. Akses 12 April 2013.
Suriasumantri,  Jujun S. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005.

ANAK KELAS DIALYPETALAE

MAKALAH ANAK KELAS DIALYPETALAE Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah botani tumbuhan tinggi Dosen Pengampu: Dr.Achyani...